ABDUR RAHMAN BIN GHANNAM al-Daws mengisahkan bahawa suatu
hari Mu’adz bin Jabal datang kepada Rasulullah. Setelah mengucapkan salam dia
memberitahu : “Wahai Rasulullah, di depan pintu ada seorang pemuda segak sedang
menangis seperti hamba sahaya kecil kehilangan emaknya. Dia ingin berjumpa
denganmu.”
“Suruh pemuda itu masuk wahai Mu’adz” kata Nabi. Mu’adz pun
membawa pemuda itu masuk menemui Rasulullah.
“Apa yang membuatmu menangis wahai pemuda?” Tanya
Rasulullah.
“Macam mana aku tidak menangis ya Rasulullah, aku telah melakukan
dosa besar yang aku rasa tidak mungkin akan diampuni Allah!” jawab pemuda itu.
Rasulullah terus bertanya : Apakah engkau
mempersekutukanNya?” Tanya Nabi.
Pemuda itu serta merta menjawab : “Aku berlindung kepada
Allah untuk mempersekutukanNya dengan apa jua pun,” jawabnya.
Rasulullah pun bertanya lagi : “Apakah engkau membunuh
seseorang yang diharamkan Allah untuk membunuhnya?”
“Tidak ya Rasulullah.”
“Jika begitu Allah akan mengampuni dosa-dosamu meskipun
dosamu sebesar gunung yang menjulang ke langit.” Kata Rasulullah.
Pemuda itu tiba-tiba menangis kuat sambil berkata : “Dosaku
lebih besar daripada gunung itu!”
“Allah akan mengampuni dosa-dosamu meskipun dosamu sebesar
tujuh bumi berikut, lautan dan segala yang ada di dalamnya.” Kata Rasulullah
sambil tersenyum.
“Namun dosaku lebih besar daripada itu ya Rasulullah!” jawab
pemuda itu lagi.
Dengan sabar Rasulullah bersabda : “Allah tetap akan
mengampuni dosa-dosamu sebesar langit dan bintang-bintangnya sekali.”
Lagi-lagi pemuda itu menjawab : “Dosaku lebih besar daripada
itu ya Rasulullah!”
“Wahai pemuda! Apakah dosa-dosamu yang lebih besar ataukah
Tuhanmu?” Tanya Rsulullah.
Maka pemuda itu tersungkur di hadapan Nabi dan berkata :
Subhanallah, tidak ada yang lebih besar daripada Tuhanku.”
“Kalau begitu, dosa apakah yang telah engkau perbuat?” Tanya
Nabi.
Dengan air mata yang berlinang pemuda itu pun menceritakan :
“Sudah tujuh tahun ini pekerjaanku mencuri kain kafan mayat
yang baru dikuburkan, untuk aku jual ke pasar. Pada suatu hari ada seorang
gadis Ansar meninggal dunia. Setelah gadis itu dikubur dan ditinggalkan oleh
keluarganya, seperti biasa aku pun mendatangi kuburnya untuk mengambil kain
kafannya. Aku gali kuburnya dan aku keluarkan mayatnya, kemudian aku lepaskan
kain kafannya daripada tubuhnya. Aku tinggalkan dia dalam keadaan telanjang di
kubur, kemudian aku segera pulang membawa kain itu. Setelah aku sampai di rumah
aku teringat betapa indahnya tubuh gadis itu, sehingga akhirnya aku tergoda
untuk melihatnya kembali. Ketika aku melihat mayat gadis yang telanjang itu,
aku tidak dapat menguasai diriku sehingga aku menyetubuhinya. Pada masa itu
seolah-olah aku mendengar seseorang yang mengatakan : “Wahai pemuda, celakalah
engkau di hadapan penghisab di hari kiamat kelak, tempatmu adalah di neraka….”
Aku segera sedar dan merasa takut sekali, bagaimana menurut pendapatmu ya
Rasulullah?” Tanya pemuda itu mengakhiri kisah perbuatan dosa-dosanya.
Mendengar kisah pemuda itu, Rasulullah sangat tekejut dan
berkata : “Pergilah engkau daripada sisiku. Aku takut akan terbakar bersama
apimu!”
Pemuda itu pun segera pergi meninggalkan Rasulullah dengan
wajah yang sangat murung. Dia pergi ke Madinah dan di tempat itu dia menangis
selama empat puluh hari empat puluh malam, memohon ampun kepada Allah. “Ya
Allah, ampunilah segala dosa dan kekhilafanku dan berikanlah wahyu kepada
Nabi-Mu. Jika Engkau tidak mengampuniku, maka berilah segera aku seksaan yang
menghancurkanku di dunia ini, tetapi selamatkanlah aku daripada seksaanMu
di hari kiamat nanti…!”
Rupa-rupanya taubat pemuda itu diterima Allah. Allah swt
kemudian menurunkan wahyu sepotong ayat kepada Rasulullah : “Dan(juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa kecuali Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu
balasannya ialah keampunan daripada Tuhan mereka dan syurga yang di dalamnya
mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah itulah
sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali-Imran 135-136)
Selepas menerima wahyu itu, Rasulullah bersama para sahabat
keluar mencari pemuda itu. Ditemuinya pemuda itu berada di antara dua batu
besar dalam keadaan lemah dengan mata yang bengkak kerana terlalu banyak
menangis. Rasulullah mendatangi pemuda itu dan membersihkan debu-debu yang
melekat di kepalanya sambil berkata:
“Aku ingin memberi khabar gembira kepadamu bahawa engkau
kini telah dibebaskan Allah daripada api neraka.”
Rasulullah kemudian berpaling kepada para sahabatnya yang
menyertai baginda seraya bersabda : “Beginilah hendaknya kalian menyertai
dosa-dosa yang kalian perbuat, seperti yang dilakukan pemuda ini.”